Oleh: Fil Azhari Alfath, Pengurus LITBANG MISETA FP UNJA
Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Jambi (MISETA) FP UNJA mengelar kegiatan kemahasiswaan yang bersifat terbuka bagi mahasiswa fakultas pertanian yang dikemas dalam bentuk Dialog Intelektual Kampus (DIALEKTIKA) yang mengusung tema “Tantangan dan Peluang Ketahanan Pangan Provinsi Jambi dari Perspektif Bonus Demografi”.
Kegiatan ini merupakan sebuah bentuk implementasi atau langkah nyata adanya peran mahasiswa Fakultas Pertanian umumnya dan Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA) khususnya yang memiliki tujuan untuk membuka dan memberikan pandangan, gagasan, ataupun solusi dari mahasiswa dalam menjalankan peran serta fungsinya sebagai agen kontrol sosial dan agen perubahan yang dituntut peka terhadap berbagai permasalahan yang beredar khususnya di sektor pertanian regional Provinsi Jambi.
Pada kegiatan tersebut Ziqra Fatwandi Selaku Ketua Umum MISETA, beliau menyampaikan bahwasanya “Dewasa ini peran Mahasiswa dalam pembangunan bangsa semakin diperlukan, Hampir di setiap bidang kehidupan, mahasiswa sudah merambah dan menancapkan eksistensinya. Mahasiswa sebagai salah satu elemen masyarakat mempunyai peranan yang signifikan dalam pembangunan dan kemajuan suatu bangsa, serta dalam rangka memaknai peran strategis tersebut termasuk di bidang pertanian khususnya ketahanan pangan. MISETA membuka pintu selebar-lebarnya untuk Mahasiswa Agribisnis FAPERTA UNJA berproses dengan berbagai program kerja salah satunya DIALEKTIKA yang akan dilaksanakan dengan harapan dapat memacu arus sambung nalar antar Mahasiswa SEP/AGRIBISNIS guna memperluas cakrawala pandang, mempertajam objektivitas, dan menghilangkan rasa kebangsaan yang sempit.
Saya mengharapkan seluruh mahasiswa baru Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dan bersungguh-sungguh belajar meraih pendidikan tinggi, serta sekaligus dapat aktif dalam berproses di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA) dengan memanfaatkan teknologi digital secara cerdas, sehingga kelak menjadi insan intelektual yang berdaya saing, sadar akan hak dan kewajibannya dalam organisasi serta tugas dan tanggung jawab sebagai pelopor generasi emas dalam menghadapi bonus demografi, namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai, jati diri, dan karakter kebangsaan karena kita semua akan menjadi tumpuan perubahan bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.”
Tema DIALEKTIKA ini diangkat dari artikel publikasi opini Fil Azhari Alfath yang dirilis pada https://jamberita.com dan berperan sebagai pemantik pada kesempatan ini, beliau mengakatakan "Hari ini kita sudah menghadapi Bonus Demografi dan menurut Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah puncak Bonus Demografi di indonesia di perkirakan pada tahun 2030-2040, ketika berbicara Bonus Demografi tentunya kita sebagai mahasiswa Pertanian membahas masalah Regenerasi Petani yang mana akan berdampak pada Produksi pangan. Pertanyaannya Apakah Provinsi Jambi sudah siap menghadapi Bonus Demografi ini.? Apakah Bonus Demografi yang akan kita hadapi ini dapat menjadi angin segar untuk Sektor Pertanian khususnya untuk Regenerasi Petani yang akan datang.? Bahkan Apakah Provinsi Jambi dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya kedepan.?" Ujarnya sebelum diambil kembali oleh Anggi Diyah Ayu Oka selaku Moderator.
Dari Pemaparan tantangan dan permasalahan yang di lemparkan oleh pemantik, disambut dengan hangat dan sangat responsif oleh peserta dimana beredar berbagai pendapat-pendapat dari sudut pandang daerah lokal masing-masing peserta yang mengerucutkan hasil diskusi berupa pertanyaan, solusi dan harapan yang bersifat rekomendasi.
Menurut Eraldo Sandy sebagai salah satu peserta, “Provinsi Jambi belum siap menghadapi Bonus Demografi ini terutama pada Sektor Pertanian, belum ada generasi muda yang bisa dijadikan role model sebagai Petani dan Belum ada inovasi terbaru terkait teknologi modern yang bisa membuat Sektor Pertanian lebih diminati.” Dwi rahmah juga kemudian menyampaikan bahwasanya "Kurangnya minat masyarakat khususnya yang tinggal di desa dikarenakan ada persepsi bahwa menjadi petani usaha dengan hasil tidak sesuai (tidak menjanjikan)", dan ditambahkan oleh Dita Junita Sari “Bahkan orang yang kuliah di Fakultas Pertanian pun banyak yang berkerja di sektor lain seperti menjadi pegawai bank dll..”
Berbagai dinamika tercipta dari jalannya kegiatan ini dan semakin menarik dengan adanya saling lempar argumen dan gagasan antar masing masing peserta Dialektika, menurut satria Madani dan ditambahkan oleh Reihan Abdillah “Kita sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian seharusnya memiliki pemahaman dan peran lebih terkait persepsi itu tanpa melupakan tridarma perguruan tinggi.” Dan M. Gulaman Zakiyan bertanya “Apa peran Stakeholder dan Sektor Pertanian menurun hanya di provinsi Jambi atau di seluruh indonesia ?”.
Dari pernyataan tersebut Hamdil Fajri selaku pengurus kajian strategis dan advokasi DPW 1 POPMASEPI mengatakan “para Stakeholder harus mampu memfaatkan momentum Bonus Demografi ini dengan baik, agar mampu menumbuhkan minat regenerasi petani pada kaum muda. Dan diharapkan kerja sama yang baik antar sektor agar kesejahteraan petani dapat dirasakan oleh masyarakat”. Kemudian ditambahkan oleh Bambang Sulaiman (Pengurus Pengembangan Organisasi dan Kaderisasi DPW 1 POPMASEPI) “MISETA harus bisa menindak lanjuti kegiatan ini dengan mendatangkan pemateri-pemateri yang memang mampu untuk menjawab pertanyaan atau menanggapi serta menindaklanjuti argumen-argumen yang kita sampaikan hari ini”.
Sebagai arah tindak lanjut dari kegiatan ini, MISETA FP UNJA melalui bidang Penelitian dan Pengembangan dituntuk untuk dapat merespons antusias yang tinggi dari kegiatan pertama ini dengan mengadakan berbagai bentuk kegiatan lanjutan. Kegiatan lanjutan yang dimaksud merupakan kegiatan sejenis dengan tingkat kedalaman pembahasan yang lebih terarah lagi.
Hal ini dapat direalisasikan tentunya dengan dukungan stakeholder kemahasiswaan yang ada dalam lingkup Fakultas Pertanian dan Jurusan Agribisnis untuk dapat mendukung terselenggaranya kegiatan yang lebih tajam lagi dengan mendatangkan pembicara yang dianggap representatif dengan permasalahan yang diangkat dalam topik-topik Dialektika selanjutnya.