Oleh : Husni Mubarok (Peserta Advance training LK III badko jambi)
indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang terdiri atas lebih 17.000 pulau kecil dan besar, dengan subkultur dan bahasa yang beraneka ragam, ternyata tidak mudah bagi kita untuk memenuhi cita-cita kemerdekaan yang sering di ulang-ulang oleh pemimpin kita " terciptanya sebuah masyarakat adil makmur ". Keadilan masih jauh untuk di gapai, sementara kemakmuran baru dinikmati oleh sekelompok kecil warga masyarakat. Sebagai bangsa yang merebut kemerdekaan melalui revolusi dengan korban-korbannya yang berserakan di seluruh bumi nusantara, kita tidak boleh berputus asa menghadapi tantangan buruk sekalipun, pada masa revolusi, bangsa ini begitu dekat dengan tuhan dan kita pun menang, sekalipun persenjataan kita masih teramat sederhana, oleh sebab itu betapapun sesaknya nafas kita oleh kegalauan roda pembangunan kita jangan kehilangan acuan moral dalam menatap masa depan, walaupun masa depan penuh dengan ketidakpastian.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar sepatutnya ummat islam berbangga dengan jati dirinya sebagia bagian dari negara tersebut artinya ummat islam memiliki peluang dalam menciptakan suatu sistem atau gerakan yang berpacu pada al Qur'an dan as-sunnah dengan cara tidak merubah bentuk sistem negara indonesia yang telah di rancang oleh the founding father kita, namun membentuk suatu sistem tatanan kenegaraan yang memasukkan ajaran atau nilai-nilai islam, salah satu tantangan terbesar yang di hadapi ummat islam sepanjang sejarah bangsa indonesia adalah sulitnya ummat islam dalam membangun ukhwah islamiyah yang mampu bertahan lama, akar kesulitan itu terutama terletak pada fakta karena sering kandasnya ajaran islam yang berhadapan dengan kepentingan egoisme pribadi atau golongan. Sekalipun islam telah memberikan sumbangan besar kepada peradaban manusia secara keseluruhan, persoalan ukhwah internal ummat tetap saja mengganggu langkah kita dalam mencapai tujuan. Gangguan ini akan semakin parah apabila langkah itu menyangkut dimensi politik, suku, ras yang sering kali menggoda itu. Dalam cuaca budaya yg tidak kondusif itu, sebagian umat islam yang mayoritasnya masih juga larut dalam dikte perputaran zaman yang semakin memburuk. Seakan-akan agama, pancasila,suku,ras, dan sejarah, telah menjadi tawaran zaman yang tidak bersahabat. Untuk mengatasi permasahalan-permasalahan yang terjadi masyarakat indonesia perlu memiliki landasan berpikir
kebangsaan yang sistematis untuk memahami konsep perbedaan yang ada diindonesia sehingga ini dapat mengatasi atau menerima setiap perbedaan yang dimiliki bangsa indonesia. Tentu ini merupakan bukan sekedar landasan berpikir
yang mementingkan suatu golongan semata tetapi landasan berpikir yang bisa menerima perbedaan agama, suku dan ras supaya dapat memaknai perbedaan itu adalah suatu kekuatan untuk bangsa indonesia.
Himpunan Mahasiswa Islam(HMI) yang merupakan organisasi kader telah memberikan kontribusi yang banyak terhadap keutuhan integritas nasional dari
masa ke masa. Dengan membawa misi keumatan dan kebangsaan dalam tujuannya kader himpunan mahasiswa Islam memiliki kewajiban untuk mewujudkan masyarakat
adil makmur yang diridhoi Allah subhnahu wata’ala. Masyarakat adil makmur itu
dapat diwujudkan dengan semangat persatuan nasional atau nasionalisme.Dalam Al-Qur’an, perintah untuk menjaga persatuan dan kesatuan sangat jelas, sebagaimana disebutkan dalam QS. alAnbiya[21]: 92: “Sesungguhnya umatmu ini adalah umat yang satu…” Kader HMI diarahkan sebagai kader yang bersifat nasionalisme religius.
Nasionalisme secara sederhana adalah satu paham yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris “nation”)
dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
DOKTRIN NDP HMI
Salah satu doktrin himpunan mahasiswa islam adalah nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) yang di gagas oleh nurcholis madjid seorang cendikiawan muslim yang berfikir modern di era zamannya. Yang menempati posisi strategis. Hmi berperan sebagai organisasi perjuangan , berusaha untuk melakukan perubahan-perubahan dalam masyarakat, telah memiliki nilai-nilai dasar untuk melakukan perubahan itu. Mengetahui, memahami, menghayati dan melakasanakan ndp tidak cukup hanya dengan mengetahui sejarah perumusan NDP, isi dari masing-masing bab, akan tetapi pengalaman pengetahuan dan pemahaman tentang NDP harus menempatkannya sebagai satu doktrin hmi yang memuat gagasan-gagasan untuk mengatur kehidupan masyarakat yang di susun dalam sistem keimanan dan keilmuan sebagai kader HMI yang berazaskan Islam. Nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) telah meletakkan dasar perjuangan untuk melakukan perubahan yang ada di dalam masyarakat yang di inginkan, kalau dalam islam ada wahyu (teologi), maka dari wahyu itu dapat diintrodusir filsafat sosial sebagai salah satu sumber inspirasi. Dan berdasarkan teori-teori sosial itu dapat melakukan perubahan sosial sebagaimana risalah nabi Muhammad SAW untuk Memperbaiki masyarakar (Jahiliyyah) dan hadirnya Islam merubah tatanan sistem masyarakat yang kacau (biadab) menjadi masyarakat yang beradab bangsa arab menjadi masyarakat yang bermatabat setelah hadirnya islam. Tiga perubahan yang di bawa oleh Rasulullah SAW tersebu adalah segi keagamaan, segi kemasyarakatan, dan segi politik.
PERAN IMAN & ILMU DALAM BINGKAI WAWASAN KEBANGSAAN
Secara sosiologi, mayoritas masyarakat indonesia adalah pemeluk islam, sekalipun kualitas keimanannya dan penghayatannya terhadap agama sangat bervariasi serta orientasi politiknya beragam. Agama-agama minoritas yang ada juga bebas melakukan dan menjalankan tugasnya di negara kita. Bahkan sebagian dari mereka lebih maju dibandingkan dengan agama islam. Tidak ada yang harus di sesali dari fakta sosial dan budaya semacam ini. Semua ini kekayaan spiritual yang patut di syukuri, dengan catatan bahwa pemeluk islam dapat ditempatkan dalam bingkai universalisme dan semua agama dalam bingkai kebangsaan yang lebih luas kebangsaan indonesia,
Penciptaan bingkai ini mutlak memerlukan irhan sebagi pondasi keruhanian yang mantap dan kekuatan ilmu yang bertugas mengAktualisasikan itu dalam pergumulannya realitas kehidupan, termasuk kehidupan politik kebangsaan kita, kekurangan kita selama ini adalah bahwa iman dan ilmu jarang kita jadikan acuan dalam bersosial, budaya dan politik akibatnya memang buruk, rasa tanggung jawab kita terhadap nasib bangsa dan sesama kadang-kadang sangat tipis.
Kelakuan elit politik semua penganut agama sering benar mengundang kekecewaan orang banyak dalam masalah tanggung jawab ini. Egoisme golongan dan kepentingan kelompok sering mendominasi arena pertunjukkan sehingga komunikasi antar kita menjadi kurang lancar, ekornya adalah munculnya suasana saling curiga dan lenyapnya mutual trust (saling percaya) antar sesama anak bangsa. Agama dan ilmu apabila di pahami dengan benar harus berfungsi melancarkan komunikasi. Baik interagama dan antaragama.
Kita kini sungguh berlomba dengan waktu, Globalisasi yang kejam dan tak kenal iba yang melanda dunia bisa menjadi ancaman yang serius apabila kita tetap saja dengan sikap mental lama yang korup, tetapi dengan waktu yang sama ia akan membuka peluang bagi kita semua jika otak kita cukup cerdas dengan bekal ilmu yang cerah dengan landasan iman yang di fungsikan secara benar dan tulus dalam bingkai Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam