Kerisjambi.id-TEBO- Pengurus Asosiasi Sawit Rakyat Tebo (ASRT) resmi dikukuhkan, oleh Pj Bupati Tebo H Aspan, Selasa (21/2/2023). Namun Pj Bupati Aspan dalam sambutannya menyampaikan catatan kepada ASRT sebagai PR.
Sejumlah catatan tersebut juga di sampaikan Aspan dihadapan anggota serikat petani, Gapoktan petani sawit dan banyak kelompok petani sawit.
Selain itu Aspan menyebut, Kabupaten Tebo beberapa tahun lalu merupakan daerah penghasil karet, namun seiring bejalan waktu lahan tersebut berubah menjadi lahan sawit. Kondisi tersebut bukan hanya di Tebo saja, melainkan semua daerah.
Kendati demikian Aspan merasa yakin keberadaan sawit tidak berdampak buruk, baik terhadap lingkungan maupun ekosistem. Keberadaan sawit kini sudah terjawab, dengan inisiatif kepala daerah yang mengadakan pertemuan di Jakarta.
" Pada intinya dari kita menanyakan pusat kontrol apa yg diberikan sawit kepada Pemkab dari 171 ribu Ha lahan sawit di Indonesia," kata Aspan.
Selanjutnya diputuskanlah kontribusi untuk Pemerintah daetah minta 5 persen agar diberikan cukai dari pemerintah pusat. "Bukan untuk memperbaiki jalan rusak tapi ada kontribusi ke daetah yang bisa dirasakan oleh anggota petani sawit kita," tegas Aspan.
Sementara itu disebutkan juga untuk di Sumatera ada 4 asosiasi sawit, salah satunya di Tebo.
Berdasarkan data yang dirangkum sedikitnya ada 120 ribu Ha lahan sawit, baik sawit perusahaan dan masyarakat. "Aspan mengungkapkan, 70 ribu berada dalam kawasan, nah yang ini perlu dapat perhatian dari pemerintah. Masalahnya sawit dalam kawasan tidak bisa dapat bantuan, contoh replanting sawit. Dan ini jadi PR asosiasi.
"Namun perlu diketahui Kabupaten ada 7 pengelolah sawit (PKS), 5 sawit non kebun dan 2 kebun. Ini belum memadai untuk pengelolaan. Sehingga masih terdapat disparitas harga. "Untuk capai sawit ideal minimal ada penambahan 2 pabrik sawit biar harga bersaing," sebutnya.
"Kita juga tau harga sawit yang perkebunan dan kemitraan lebih mahal dari pada kebun swadaya. Inipun persoalan kita. Bagaimana harga sawit plasma sama dengan harga sawit swadaya," timpalnya
Selain itu masalah pupuk jadi persoalan petani, Pasalnya untuk perkebunan tidak ada yang subsidi dan keberadaanya pun sudah langka. SDM juga kata Aspan jadi masalah petani sawit. Sejauh 8ni SDM masih rendah, sementara berbagai bantuan terus digulirkan namun SDM.
"Berbagai persoalan ini, jadi PR bagi asosiasi sawit di Tebo. Beberapa hal yg perlu dipecahkan. Asosiasi Harus bisa dampingi petani. Mudah-mudahan suara petani bisa didengar hadirnya asosiasi," harapnya.
"Jangan sekedar pelantikan kami berharap asosiasi dibentuk betul-betul membawa aspirasi dan memberi penyelesaian bagi pemain sawit. Secara perlahan namun pasti. Pemkab bakal memantau hingga kedepan," terangnya meyakini.
Penulis : Sobirin