Foto: Tesa Septiani | Senin, 20 Maret 2023 - 13:56 WIB |
Masalah yang dihadapi petani di Kelompok Tani Lebung Putik, relatif beragam, mulai dari buruknya sistem drainase, serangan hama, kurangnya fasilitasi saprodi pemerintah, lemahnya akses petani kepada modal, asuransi, bahkan ada juga sawah-sawah yang sudah beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Suhatril, ketua Kelompok Tani Lebung Putik mengakui beratnya perjuangan dalam mengolah sawah dan memotovasi anggota kelompok tani untuk membudidayakan komoditi padi sawah. Dirinya mengharapkan adanya peran pemerintah yang lebih besar lagi dalam mengatasi kondisi saat ini.
Sementara itu, selama ini produktivitas padi didapatkan di sawah Lebung Putik hanya bekisaran 1 1,2 ton/ha, dan hasil panen ini hanya memenuhi kebutuhan keluarga, bahkan tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga selama satu tahun.
"Perjuangan yang saya lalui sangat berat, selain adanya masalah eksternal, masalah internal juga membuat saya pusing, hal ini lantaran banyak nya para petani yang memiliki pola pikir yang masih tradisional, sehingga sangat susah untuk diajak berinovatif dalam mengikuti perkembangan zaman saat ini". Kata Suhatril, pada Sabtu (18/3/2023).
Memasuki musim tanam yang dilakukan di bulan April-Agustus 2023, Suhatril mengharapkan adanya solusi untuk mengatasi persoalan tingginya muka air tanah pada hamparan sawah. "Tahun kemarin petani gagal panen akibat tingginya permukaan air. Semoga kejadian ini tidak terulang kembali", pinta Suhatril.
Pengembangan komoditi padi sawah, terutama di Kecamatan Maro Sebo, pada dasarnya merupakan amanat dari Surat Keputusan Bupati Muaro Jambi Nomor 553/Kep. Bup/Bappeda/2020 tentang penetapan lokasi pembangunan kawasan Pedesaan Agribisnis Kabupaten Muaro Jambi. Ada 5 (lima) desa yang menjadi prioritas dalam Pembangunan Kawasan Pedesaan dan Agribisnis yaitu, Desa Mudung Darat, Desa Bakung, Desa Niaso, Desa Danau Kedap dan Desa Setiris. Tentu saja surat keputusan Bupati ini diharapkan dapat dioperasionalkan, sehingga ada solusi terhadap lahan sawah di kawasan ini, dan lahan kembali dapat dimanfaatkan secara optimal. (TESA SEPTIANI/KJA )