Novita Andriani Br. Manjorang S.Tr.Keb, bd. Mahasiswi Program Magister Kebidanan di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta |
Prevelensi kasus stunting pada tahun 2020 diperkirakan sebanyak 22,2% atau 149,2 juta anak dibawah 5 tahun, Khususnya wilayah asia memiliki angka stunting tertingi yaitu sebanyak 52,9% atau 79 juta anak (WHO, 2020). Sedangkan prevelensi stunting di Indonesia sebanyak 21,6%, jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sekitar 24,4%. Walaupun terjadi penurunan, angka tersebut masih tergolong tinggi dikarenakan target prevelensi stunting di Indonesia pada tahun 2024 sebesar 14%. Sedangkan target standar prevelensi stunting menurut WHO yaitu di bawah 20% (Kemenkes RI, 2022). Pada daerah Yogyakarta kasus stunting di perkirakan sebanyak 16,4%, sementara pada kabupaten sleman angka stunting diperkirakan sebanyak 15%, khususnya pada daerah keluharahan Trihanggo terdapat 18 kasus anak yang mengalami stunting. Faktor penyebab stunting salah disebabkan oleh pemasalahan gizi, permasalahan kebersihan, permasalahan pola asuh, serta permasalahan ekonomi (Beal dkk., 2018).
Prevelensi stunting di Yogyakarta pada tahun 2022 mencapai 16,4% mengalami penurunan dibanding tahun lalu dan telah mencapai target yaitu < 20%. Upaya-upaya pencegahan stunting meliputi penanganan gizi remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan baduta. Upaya-upaya pencegahan yang telah dilakukan antara lain : konseling gizi untuk calon pengantin, ibu hamil, dan ibu menyusui, kelas ibu di tiap puskesmas, sosialisasi dan praktek PMBA di wilayah, optimalisasi kegiatan KP-Ibu, optimalisasi kader yang sudah dilatih PMBA (di meja 4 posyandu) (Dinkes Kota Yogyakarta, 2023).
ASI mengandung semua gizi penting yang diperlukan oleh bayi untuk tumbuh kembangnya. Energi dari nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi selama 6 bulan pertama seluruhnya terkandung dalam ASI, sehingga pedoman internasional menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Terutama bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) atau bayi yang lahir < 2500gr, memiliki pertumbuhan dan perkembangan cenderung lebih lambat dibandingkan anak yang lahir dengan berat badan normal. Pertumbuhan dan perkembangan balita dengan riwayat BBLR perlu terus dipantau. Hal tersebut untuk mencegah penurunan kemampuan intelektual dan produktivitas, peningkatan risiko penyakit degeneratif dan kelahiran bayi BBLR serta perkembangan di masa mendatang (Kumala dkk., 2019).
Faktor lain penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif diantaranya inisiasi yang terhambat, ibu belum berpengalaman, tidak ada dukungan keluarga, kurang pengetahuan, sikap, perilaku, faktor sosial budaya, status gizi ibu, dan kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung laktasi. pentingnya pemberian ASI eksklusif sehingga banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau lebih baik dari ASI, sehingga dengan cepat menambah susu formula bila merasa produksi ASI kurang.
Pemberian ASI sangat bermanfaat karena mengandung nutrisi penting seperti long chain polyunsaturated fatty acid (LC-PUFA) dan faktor neurotropik lainnya. Susu formula khusus BBLR memiliki kandungan energi 24 kkal/oz,protein 2,2 g/100 mL, Lemak 4,5 g/100 mL,karbohidrat 8,5 g/100 mL, kalsium 730 mEq/L.Nutrisi parenteral dini secara seimbang dan lengkap dapat mencegah kegagalan pertumbuhan dan memungkinkan hasil tumbuh kembang jangka panjang yang lebih baik.Selain energi, protein merupakan kekuatan pendorong untuk pertumbuhan dan perkembangan otak, asupan dini asam amino tinggi harus didampingi dengan emulsi lipid intravena, yaitu sumber kaya energi untuk penggunaan protein. Pemberian suplemen zat besi juga dapat mengoptimalkan tumbuh kembang bayi.
Program pencegahan stunting yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya program gizi sudah baik hail ini dikarenakan dari petugas kesehatan selalu memberikan penyuluhan terkait dengan stunting dan juga bekerja sama dengan program KIA dan lintas sektor dalam upaya melakukan pencegahan stunting.
Pencegahan stunting bisa dilakukan mulai dari saat kehamilan. Karena apabila ibu Kekurangan Energi Kronik (Ukuran Lingkar Lengan Atas kurang atau sama dengan 23,5 cm maka potensial melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah). Pencegahan stunting dilakukan dengan memberikan makanan bergizi dan memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang pada ibu hamil. Terlebih asupan sumber protein yang diperoleh dari nabati (kacang-kacangan, umbi-umbian, biji-bijian, dan sayuran) dan hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu) bisa membantu pertumbuhan tinggi badan si calon buah hati, Vitamin dan Mineral. Serta memeriksakan kehamilan secara teratur dan menjaga prilaku hidup sehat dan bersih.