JAMBI
- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi diminta segera mencari solusi dampak
gagal panen di beberapa sentra padi di Provinsi Jambi. Gagal panen padi akibat
banjir di daerah tersebut menyebabkan petani merugi dan produksi beras terancam
anjlok. Kondisi itu dikhawatirkan memicu krisis beras di Provinsi Jambi.
“Pemprov Jambi perlu melakukan
koordinasi dengan Pemerintah Pusat mengatasi kerugian petani akibat banjir.
Baik itu kerugian benih padi maupun pupuk. Kemudian para petani juga bakal
krisis beras akibat gagal panen yang mereka alami. Perlu diupayakan bantuan
untuk para petani padi yang gagal panen di Jambi,”kata anggota DPRD Provinsi
Jambi, Ivan Wirata di Jambi, Minggu (25/2/2024)
Ivan
Wirata mengatakan, berdasarkan pantauan DPRD Provinsi Jambi di baru-baru ini,
sentra pangan yang banyak terdampak banjir dan padi banyak puso atau gagal
panen, yakni di Kabupaten Tanjungjabung Timur, Muarojambi, Kabupaten Kerinci
dan Kota Sungaipenuh.
“Puluhan hektare padi sawah di
Kabupaten Tanjungjabung Timur kini terancam gagal panen akibat terendam banjir.
Sebagian tanaman padi sudah rusak. Kemudian puluhan hektare tanaman padi di
Muarojambi juga puso dan gagal panen akibat banjir. Gagal panen tidka hanya
merugikan petani secara ekonomi, tetapi juga membuat petani terancam krisis
pangan,”katanya.
Dikatakan,
krisis pangan akibat gagal panen di Jambi semakin memprihatinkan menyusul terus
melonjaknya harga beras dan berbagai kebutuhan pokok lainnya di daerah tersebut.
Para petani yang gagal panen tersebut sangat membutuhkan bantuan pangan dan
permodalan. Baik itu bantuan langsung tunai (BLT) maupun bantuan benih padi dan
pupuk.
Secara terpisah, Kepala Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Kabupaten Muarojambi, Paruhuman Lubis
mengatakan, ancaman kesulitan benih, pupuk dan krisis beras akibat banjir juga
terjadi di Kabupaten Muarojambi.
Banjir yang melanda Muarojambi dua bulan terakhir menyebabkan sedikitnya 226 hektare (ha) atau 90 % dari total padi 251 ha di daerah tersebut. Sedangkan tanaman padi yang puso mencapai 90 ha. Bila diperkirakan produksi padi di Muarojambi rata-rata mencapai empat ton per hektare, maka kehilangan produksi padi di daerah itu akibat 90 ha tanaman padi puso mencapai 360 ton.