Norwegia, 9 Juli 2024. Sesuai jadwal, pukul 14.00 kami mendarat di Bandara Trondheim. Cuaca di luar bandara dingin. Disana sini terlihat genangan kecil sisa guyuran hujan sebelumnya. Bandara ini tidak asing bagi kami. Sebelumnya empat kali kami menginjakkan kaki disini. Tidak banyak yang berubah dibanding setahun lalu. Bersih, rapi, dan tidak ramai. Perbedaannya ada pada penjemput kami. Setahun yang lalu kami dijemput anak, menantu, dan cucu. Kali ini bertambah satu yaitu calon cucu yang masih berusia tujuh bulan dalam kandungan ibunya. Perbedaan lainnya cucu kami memanggil orangtuanya dengan Mama-Papa. Tidak lagi Ayah-Bunda. Dia nampaknya terpengaruh teman-teman sekolahnya. Selain itu yang ada hanya bahagia karena kembali bersama generasi penerus setelah terpisah jarak dan waktu selama satu tahun. Alhamdu lillaah.
Pada hari pertama dan kedua kami tidak banyak berkegiatan. Kami lebih banyak rehat di kontrakan baru anak kami. Bangunannya empat lantai dan berlokasi di Jalan Stokkbekken. Masing-masing lantai memiliki tiga hunian. Masing-masing hunian terdiri dari dua kamar tidur, ruang tengah yang lapang, dapur dan kamar mandi yang leluasa. Halaman belakangnya luas sekali dan dilengkapi play ground dengan alat bermain anak kualitas premium. Maka kami banyak bersama cucu yang pamer arena bermainnya. Lengkap dengan Bukit Teletabis. Dari bukit mungil ini nampak pemandangan indah khas negeri Norwegia. Ke arah barat terlihat teluk alias fjord Tronheim yang luar biasa indah. Ke arah timur nampak perbukitan yang hijau oleh hutan pinus. Juga rumah-rumah Skandinavian yang eksotik. Matahari yang bersinar terang makin menghangatkan perasaan kami di negeri dingin ini.
Perjalanan kali ini tentu tidak seleluasa setahun lalu. Saat itu aku berada dalam posisi non struktrual. Hanya dosen biasa dan perkuliahan sedang libur. Perjalanan kali ini dirancang setahun yang lalu. Tetapi sejak awal semester ini aku ditunjuk Rektot UMY menjadi Kaprodi MIAI. Prodi ini dalam proses mengajukan akreditasi. Maka walau badan di Norwegia pikiran dan perasanku terbelah. Untungnya pengerjaan dokumen yang belum siap bisa digarap secara daring. Sebelum berangkat aku pamit ke Direkur Pascasarjana Prof Sri Atmaja dan teman-teman di Prodi. Mereka memahami kondisiku. Menurut beliau perjalanan jauh ke luar negeri memang sudah disiapkan jauh hari sebelumnya. Sedangkan Wakil Direktur Prof Zuly Qodir berpesan khausus untukku, "di Norway nggarap Renstra. Ora mung nulis catatan perjalanan." Aku pun hanya bisa tersenyum kecut.
Dilarang menulis tentu berat bagiku. Menulis sudah menjadi hobi baruku. Apalagi akan ada banyak ide baru bermunculan sepanjang perjalanan jauh ini. Pada prakteknya ternyata menulis bisa seiring sejalan dengan mengerjakan dokumen-dekomen akreditasi. Bahkan saling melengkapi. Ketika suntuk menggarap akreditasi maka aku beralih menulis catatan perjalanan. Catatan tentang fakta yang ditulis dengan rasa. Tulisan ringan yang menyegarkan pikiran. Sebagai Kaprodi aku bertanggung jawab menyempurnkan LKPS, LED, dan Renstra Prodi. Maka aku sibuk berzoom meeting dengan Pak Aris Sekprodi kami dan beberapa staf di tanah air. Pukul 04.00 aku sudah siaga di depan laptop. Ini berarti pukul 09.00 WIB. Lalu zoom meeting dilanjutkan pada pukul 20.00 WIB sampai menjelang tengah malam. Dengan cara ini aku juga menjalankan perkuliahan.
Hari ketiga kami mulai keluar rumah. Kota Trondheim tidak terlalu besar. Sebandinglah dengan Kota Magelang. Kami menggunakan angkutan umum yang bersih dan tepat waktu. Menurut menantu kami, programer pada AtB operator angkutan umum Trondheim, bis kota tersambung dengan trem maupun kereta bandara. Satu tiket untuk semua tipe angkutan. Sistem seperti Linko di Jakarta sudah lama berlaku disini. Jadwal angkutan umum bisa diandalkan sampai pada menit. Kami bisa menyesuaikan waktu keluar rumah dengan jadwal kedatangan angkutan umum yang bisa diakses secara online. Selain itu ada scooter dan taksi. Trotoar jalan juga luas dan aman. Orang Norway memang senang bersepeda dan berjalan kaki. Pejalan kaki dinomorsatukan. Pengemudi mobil akan berhenti beberapa meter ketika ada pejalan kaki menyeberang.
Tujuan pertama kami pada hari ketiga adalah sekolah cucu kami. Sejak awal dia sangat bersemangat mengajak meninjau sekolahnya. Dengan sekali naik bis kota kami sampai di depan kampus NTNU tempat anak kami kuliah. Lalu kami berjalan kaki melalui jembatan besar yang menghubungkan dua sisi Sungai Nidelva yang membelah kota. Jembatan di Norwegia dirancang ramah anak. Pagar di kedua sisi aman untuk anak-anak berjalan kaki sepanjang jembatan. Tidak lama kemudian kami sampai di SD cucu kami. Setahun lalu kami kesini saat dia masih TK. TK dan SD-nya berada dalam perguruan Birralee International School yang juga memiliki SMP dan SMA. Cucu kami begitu bersemangat pamer kebolehannya memainkan berbagai peralatan play ground sekolahnya. Sayangnya suasana sepi karena sekolah sedang libur musim panas.
Selesai di sekolah kami menuju Marinen. Ini taman tepi sungai di tengah kota yang sangat asri. Puluhan anak diantar orang tua mereka menikmati taman ini. Beberapa remaja dan sedikit orang tua berolahraga disini. Setelah puas di Marinen kami berjalan menuju Centrum pusat kota. Untuk itu kami melalui jalan di belakang gereja Katerdal yang megah. Jalan setapak dibuat di tengah halaman yang berisi pemakaman yang sudah ada sejak beberapa abad yang lalu. Jacob Matheson misalnya meninggal dan dimakamkan disini pada 10 Maret 1897. Gereja ini ramai. Tetapi bukan oleh jemaat yang beribadah. Gereja ini ramai dikunjungi turis yang datang dari berbagai kota dan negara. Umumnya para lansia. Jemaat gereja ini entah pergi kemana. Banyak gereja di Norwegia sebagaimana di banyak negara Barat lainnya kini ditinggalkan jemaat.
Selanjutnya kami menikmati Centrum, pusat kota Trondheim. Kami duduk santai bersama banyak pengunjung lainnya. Udara yang cerah dengan sinar matahari yang kuat membuat orang Trondheim keluar rumah. Ini kesempatan langka bagi mereka. Kami pun duduk santai di kursi-kursi taman yang tersedia. Tentu sambil menikmati pizza halal yang dijual PKL dari Italia. Harga paling murah 200-an NOK setara 300 ribu Rupiah. Agenda terakhir hari ini adalah masuk Trondheim Torg, mall terbesar di kota ini. Aku membeli dua kaos. Lumayan bagus. Tentu dengan harga paling murah. Lupakan konversinya dalam Rupiah. Karena akan membuat semangat membeli kendur teratur. Dua kaos ini menjadi pengganti lima kaosku yang harus ditinggalkan di gate Qatar Airline Bandara Soetta. Lima kaos itu berguna untuk menghindari 14 juta Rupiah denda kelebihan bagasi.
Hari keempat adalah hari Jumat. Tentu agenda utamaku adalah shalat Jumat. Masjid di Trondheim berada di tengah kota, di tepi Sungai Nidelva, di dekat Centrum. Bangunan Skandinaviannya dari kayu kuno beberapa lantai. Ia merupakan hasil swadaya muslim Trondheim yang berasal dari berbagai negara. Mereka memilik semangat yang kuat. Shalat Jumat penuh sesak oleh jamaah dari berbagai negara. Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, Asia Tenggara, dan beberapa penduduk asli. Khatib Jumat orang Asia Selatan. Khutbahnya dalam bahasa Inggris dengan ayat maupun hadits yang dikutip fasih. Selesai shalat jamaah mengelompok berdasar asal negara. Kami pun berkumpul sesama orang Indonesia. Dua jamaah baru adalah Rendy dosen Universitas Bangka Belitung dan Eko dosen UIN Palembang. Eko ternyata alumni S-1 Jurusan HI di kampus kami, UMY Jogja.
Salah satu kegiatan menarik di Trondheim kali ini adalah menonton sepakbola. Rosenborg klub divisi satu Norwegia melawan Manchester United (MU). Aku dibawa menantuku menonton pertandingan ini di stadion Lerkendal tidak jauh dari tempat kami tinggal. Sekian tahun lalu ketika di Manchester kami hampir menonton derby antara MU melawan Mancehster City di Stadion Old Trafford. Kala itu kami dalam kunjungan menghadiri wisuda S-2 anak kami di University of Manchester. Tetapi pada hari yang sama kami sedang berada di London. Alasan sesungguhnya adalah harga tiket yang terasa sangat mahal saat itu. Kami akhirnya masuk juga ke Old Trafford sebagai turis. Di Norwegia kali ini kami bisa menonton langsung MU bertanding. Sayangnya MU kini sudah lemah. Rashford hanya diturunkan pada babak pertama. MU dikalahkan Rosenborg 1-0.
Pada hari kelima kami kedatangan tiga tamu: Zakiah, suaminya, dan anak mereka. Zakiah teman Dilla anak kami satu kelas saat di SMP Lima Jogja. Setamat SMP anak-anak pintar kelas aksel ini masuk ke berbagai SMA favorit. Lalu bertebaran di berbagai perguruan tinggi di dalam maupun di luar negeri. Zakiah mengambil S-1 di Jepang. Kemudian menikah dengan sesama alumni Jepang. Mereka lalu merantau ke London. Disana dia kuliah S-2 dan suaminya bekerja sebagai konsultan keuangan. Kini dua anak aksel ini kembali bersama sebagai sesama mahasiswa NTNU. Ridwan suami Zakiah menjadi teman menantu kami yang juga bernama Ridwan. Lalu anak-anak mereka menjadi teman satu sekolah di perguruan yang sama. Mereka berada di negeri dingin nan jauh dari tanah air. Tetapi mereka tetap hangat bersama orang-orang dekat. BERSAMBUNG
Venesia-Italia, 03 Agustus 2024
Mahli Zainuddin Tago