Cara Pandang Masyarakat Jambi dalam Memilih Pemimpin: Antara Kearifan Lokal dan Modernitas

Kerisjambi.id
Editor -

 

Sumber gambar : KPU Provinsi Jambi

Pemilihan pemimpin di Jambi, seperti di banyak daerah lain di Indonesia, merupakan proses yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari nilai-nilai kearifan lokal hingga perkembangan politik modern. Masyarakat Jambi memiliki perspektif unik yang mengakar pada tradisi, agama, dan adat istiadat, tetapi juga tidak mengabaikan faktor-faktor rasional dalam menentukan pemimpin yang ideal.


1. Pengaruh Kearifan Lokal dan Adat Istiadat

Masyarakat Jambi masih sangat menghormati adat-istiadat dan nilai-nilai lokal. Salah satu nilai penting adalah kepercayaan terhadap pemimpin yang memiliki kedekatan dengan masyarakat adat, atau dikenal sebagai "tokoh kampung" yang memahami tradisi lokal dan budaya Melayu Jambi. Pemimpin yang dianggap mampu menjaga adat, mengedepankan harmoni, dan menjaga warisan budaya lokal sering mendapat simpati luas dari masyarakat.

Selain itu, dalam struktur masyarakat tradisional Jambi, terdapat peran penting dari para tetua adat dan tokoh agama. Mereka sering kali menjadi rujukan dalam proses pengambilan keputusan, termasuk dalam pemilihan pemimpin. Saran dan dukungan dari para pemuka adat ini sangat memengaruhi pilihan masyarakat dalam memilih calon pemimpin.


2. Religiusitas sebagai Faktor Penentu

Sebagian besar masyarakat Jambi menganut agama Islam dengan kuat, dan aspek religiusitas sering kali menjadi pertimbangan penting dalam memilih pemimpin. Calon yang dianggap memiliki integritas moral, ketaatan dalam beragama, serta berkomitmen untuk memajukan nilai-nilai Islam di wilayah tersebut cenderung mendapatkan dukungan yang signifikan.

Sikap moral yang baik, kejujuran, dan keadilan yang tercermin dari sosok pemimpin yang religius dianggap sebagai jaminan bahwa ia akan memimpin dengan amanah dan bertindak untuk kebaikan masyarakat. Namun, religiusitas tidak hanya diukur dari seberapa kuat pemimpin tersebut menjalankan praktik keagamaannya, tetapi juga bagaimana ia membawa nilai-nilai tersebut ke dalam kebijakan yang berpihak pada kepentingan masyarakat luas.


3. Pendidikan dan Kapasitas Profesional

Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat Jambi juga mulai lebih rasional dalam memilih pemimpin. Pendidikan dan kapasitas profesional menjadi faktor penting, terutama di kalangan pemilih muda dan terdidik. Mereka cenderung lebih kritis dalam menilai calon berdasarkan visi, program kerja, serta kemampuan teknokratis dalam memecahkan berbagai permasalahan, seperti ekonomi, pendidikan, dan infrastruktur.

Pemimpin yang memiliki pengalaman kerja dan pendidikan yang memadai, serta dianggap mampu beradaptasi dengan tantangan modern, lebih disukai oleh kalangan pemilih yang menginginkan perubahan dan kemajuan di Jambi. Hal ini mencerminkan perubahan cara pandang masyarakat yang tidak hanya bergantung pada faktor emosional, tetapi juga logis dan pragmatis.


4. Jaringan Sosial dan Keterlibatan di Tingkat Lokal

Keterlibatan calon pemimpin dalam kegiatan sosial dan interaksi langsung dengan masyarakat menjadi elemen penting. Sosok yang dikenal luas di kalangan warga, sering turun ke lapangan, serta aktif dalam kegiatan sosial, budaya, dan keagamaan, cenderung lebih diterima dan dianggap lebih layak memimpin. Di Jambi, kedekatan personal dengan masyarakat sangat diapresiasi, karena pemimpin yang dianggap "merakyat" lebih mudah membangun kepercayaan dan loyalitas.

Kekuatan jaringan sosial, baik di tingkat lokal maupun melalui koneksi politik di tingkat nasional, juga memainkan peran besar. Calon yang memiliki akses terhadap sumber daya politik yang lebih luas dipandang mampu membawa aspirasi masyarakat ke panggung politik nasional dan mendapatkan perhatian yang lebih besar dari pemerintah pusat.


5. Peran Media dan Kampanye Modern

Di era digital, media, baik tradisional maupun media sosial, memiliki pengaruh besar dalam membentuk persepsi masyarakat Jambi terhadap calon pemimpin. Sosok yang mampu memanfaatkan media untuk membangun citra positif, menyampaikan program, serta terhubung dengan pemilih muda yang aktif di media sosial memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan dukungan luas.

Meskipun demikian, kampanye politik di Jambi tetap mempertahankan pendekatan tradisional seperti pertemuan langsung dan dialog dengan masyarakat. Namun, penggunaan platform digital kini semakin meningkat, terutama untuk menyasar segmen pemilih muda dan terpelajar.


Kesimpulan

Masyarakat Jambi dalam memilih pemimpin menggabungkan antara nilai-nilai tradisional, seperti adat, religiusitas, dan kehormatan sosial, dengan faktor-faktor modern seperti pendidikan, kapasitas profesional, dan kampanye berbasis media. Pemimpin ideal bagi mereka adalah yang mampu menjaga keseimbangan antara mempertahankan kearifan lokal dan membawa perubahan menuju kemajuan yang lebih luas.