Ayuni Anggraini Hadi Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dharmas Indonesia |
KerisJambi.id - Menjadi mahasiswa adalah salah satu fase kehidupan yang penuh tantangan. Masa ini bukan hanya soal belajar di dalam kelas, tetapi juga tentang bagaimana seseorang dapat menyeimbangkan berbagai tanggung jawab yang sering kali datang bersamaan. Mahasiswa harus menghadapi tugas akademik yang menumpuk, menghadiri perkuliahan, mengikuti kegiatan organisasi, serta, bagi sebagian mahasiswa, bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan finansial. Dengan waktu yang terbatas dalam sehari, tantangan utama adalah bagaimana mengelola waktu secara efektif agar semua tanggung jawab dapat terpenuhi tanpa merasa kewalahan. Oleh karena itu, kemampuan mengatur waktu menjadi keterampilan penting yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa.
Salah satu strategi utama dalam mengelola waktu adalah dengan menetapkan prioritas. Tidak semua tugas memiliki tingkat kepentingan yang sama. Mahasiswa sering kali terjebak dalam aktivitas yang tidak mendesak atau bahkan tidak penting, sehingga melupakan hal-hal yang seharusnya mendapatkan perhatian utama. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah Eisenhower Matrix. Teknik ini membagi tugas menjadi empat kategori: penting dan mendesak, penting tetapi tidak mendesak, tidak penting tetapi mendesak, serta tidak penting dan tidak mendesak. Sebagai contoh, menyelesaikan tugas kuliah yang tenggat waktunya dekat masuk dalam kategori penting dan mendesak, sehingga harus menjadi prioritas utama. Sementara itu, menghadiri acara hiburan bisa masuk dalam kategori tidak penting dan tidak mendesak, sehingga dapat ditunda atau dihindari jika waktu tidak memungkinkan. Dengan menetapkan prioritas, mahasiswa dapat mengarahkan fokus mereka pada hal-hal yang benar-benar memberikan dampak positif pada studi mereka.
Selain menetapkan prioritas, membuat jadwal harian dan mingguan juga menjadi langkah yang sangat penting. Jadwal membantu mahasiswa mengorganisasi waktu mereka dengan lebih baik, memastikan bahwa semua tugas dan tanggung jawab dapat diselesaikan tepat waktu. Di era digital seperti saat ini, mahasiswa dapat memanfaatkan berbagai aplikasi manajemen waktu seperti Google Calendar, Notion, atau Trello. Alat-alat ini memungkinkan mereka untuk membuat pengingat dan mencatat jadwal kegiatan dengan mudah. Namun, yang lebih penting dari sekadar membuat jadwal adalah komitmen untuk menjalankannya. Disiplin dalam mengikuti jadwal adalah kunci utama agar pengelolaan waktu dapat berjalan dengan baik.
Selain jadwal, teknik manajemen waktu seperti metode Pomodoro juga dapat membantu mahasiswa meningkatkan produktivitas. Teknik Pomodoro adalah metode yang membagi waktu kerja menjadi interval tertentu, biasanya 25 menit, diikuti dengan istirahat singkat selama 5 menit. Setelah empat siklus, mahasiswa dapat mengambil istirahat lebih panjang, sekitar 15-30 menit. Metode ini membantu menjaga fokus saat bekerja sekaligus mencegah kelelahan akibat bekerja terlalu lama tanpa jeda. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas makalah dapat menggunakan teknik ini untuk menyelesaikan satu bagian dalam setiap interval Pomodoro. Dengan cara ini, tugas yang besar dan tampak berat dapat diselesaikan sedikit demi sedikit secara konsisten.
Namun, manajemen waktu bukan hanya soal membuat jadwal atau menggunakan teknik tertentu. Salah satu tantangan terbesar adalah mengatasi kebiasaan menunda-nunda atau prokrastinasi. Prokrastinasi sering kali muncul karena rasa malas, kurangnya motivasi, atau bahkan rasa takut akan kegagalan. Mahasiswa yang mengalami prokrastinasi biasanya menghindari tugas yang dirasa sulit atau membosankan, sehingga akhirnya waktu berlalu tanpa ada progres yang berarti. Untuk mengatasi hal ini, mahasiswa perlu membangun kesadaran diri dan mengambil langkah konkret, seperti memecah tugas besar menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikerjakan. Dengan cara ini, rasa takut atau malas dapat diminimalkan, karena tugas yang dihadapi tidak lagi terasa terlalu berat.
Manajemen waktu yang baik juga harus mencakup waktu untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Terlalu fokus pada tugas akademik tanpa memberikan waktu untuk istirahat dan relaksasi dapat berdampak negatif pada produktivitas. Oleh karena itu, mahasiswa perlu mengalokasikan waktu untuk tidur yang cukup, berolahraga secara teratur, serta melakukan kegiatan yang mereka nikmati. Misalnya, mahasiswa dapat menghabiskan waktu luang mereka dengan membaca buku non-akademik, menonton film, atau berkumpul bersama teman-teman. Kegiatan semacam ini dapat membantu menyegarkan pikiran dan mengurangi stres.
Selain menjaga kesehatan fisik, mahasiswa juga perlu memperhatikan kesehatan mental. Stres akibat tekanan akademik dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengelola waktu dengan baik. Dalam situasi seperti ini, mencari dukungan dari teman, keluarga, atau konselor kampus bisa menjadi solusi. Berbagi cerita dan mendapatkan perspektif dari orang lain dapat membantu mengurangi beban mental yang dirasakan.
Lebih dari itu, mahasiswa juga harus fleksibel dalam menghadapi perubahan. Tidak jarang, situasi yang tidak terduga dapat mengganggu jadwal yang telah disusun. Misalnya, tugas tambahan yang tiba-tiba diberikan oleh dosen atau adanya acara mendadak dari organisasi yang diikuti. Dalam situasi seperti ini, kemampuan untuk menyesuaikan jadwal dengan kondisi yang baru sangat diperlukan. Fleksibilitas ini akan membantu mahasiswa tetap produktif meskipun menghadapi perubahan.
Pada akhirnya, mengelola waktu adalah keterampilan yang membutuhkan latihan dan pembiasaan. Tidak ada strategi yang sempurna untuk semua orang, karena setiap individu memiliki gaya belajar dan ritme kerja yang berbeda. Oleh karena itu, mahasiswa perlu mengeksplorasi berbagai teknik dan menemukan metode yang paling cocok untuk diri mereka sendiri.
Dengan menerapkan strategi seperti menetapkan prioritas, membuat jadwal, menggunakan teknik Pomodoro, menghindari prokrastinasi, menjaga kesehatan, serta bersikap fleksibel, mahasiswa dapat menghadapi kesibukan kuliah dengan lebih baik. Waktu adalah sumber daya yang sangat berharga, dan bagaimana cara mahasiswa mengelolanya akan sangat menentukan keberhasilan mereka di masa depan. Kesibukan bukanlah alasan untuk tidak produktif, melainkan peluang untuk belajar menjadi individu yang lebih disiplin, terorganisir, dan tangguh.